Patah hati..
Ketika sedang patah hati kita sering bertingkah laku diluar kebiasaan. Ada yang berteriak, ada yang menangis, ada yang berlari ke kamar dan menulis isi hatinya di buku harian bahkan ada yang mengamuk di blog, facebook atau twitter, atau ada yang memilih pergi hang out menghabiskan harinya di suatu tempat yang menyenangkan seperti ngemall, ngopi dan semacamnya.
Patah hati berarti luka. Patah hati berarti pahit. Patah hati berarti perih.
Patah hati bisa digambarkan seperti gelas kaca yang pecah berkeping-keping walau bagaimanapun kita mencoba untuk menyatukannya, bekas pecahannya akan tetap terlihat. Gelas yang tadinya cantik akan terlihat cacat dengan bekas pecahannya. Mungkin adanya baiknya gelas yang pecah tersebut diganti dengan gelas yang baru.
Hatipun begitu. Ketika telah patah, entah apa yang bisa mengembalikannya seperti semula hingga patahannya tak berbekas. Ada beberapa yang memilih membalut hatinya dengan janji-janji manis dan bujuk rayu dari si pematah itu sendiri. Ada yang lebih memilih untuk mencari hati yang baru yang tak sama dengan pematah hatinya, bahkan ada yang memilih untuk membalut patahan hatinya seorang diri.
Hidup itu pilihan, pilihan itu untuk dipilih. Kita sendiri yang memilih pilihan mana yang aka kita tempuh untuk menyikapai si hati yang patah. Selalu ada penghargaan istimewa untuk setiap pilihan. Selalu ada konsekuensi dibalik setiap cara.
Aku pernah menangis, pernah juga berteriak, bahkan mengamuk di blog karena sakitnya hati ketika patah. Tapi hanya beberapa hari dan setelah itu mencoba bangkit. Bangkit dari kepatahan hati itu sebenarnya tidak teralu sulit. Tergantung dari kebijakan diri kita menyikapainya. Menurutku ini ada hubungannya dengan usia. Ketika kita terlalu belia untuk mengalami patah hati, kita akan sangat emosi menyikapinya tapi akan sangat gampang melupakannya. Efek dari patah hati tersebut tak mampu bertahan lama dihati kita. Berbeda ketika kita sudah beranjak dewasa, dimana kita sudah mengerti betul bagaimana seharusnya hati diperlakukan.
Menghentakkan kaki kemudian berlari ke kamar dan menangis sambil mengamuk di diary, itulah yang kulakukan ketika mengalami patah hati di usia belasan. Menyebalkan memang yang namanya patah hati. Dia seperti penyakit yang punya banyak nyawa, tak akan habis walau dikasih obat apapun. Dia bisa menyerang siapa saja dan kapan saja. Orang-orang jadi sangat payah dan bertingkah menjengkelkan ketika terserang penyakit ini. Malas makan, malas belajar, malas dandan, mogok bicara bahkan mogok mandi (tapi itu bukan aku :-P). Ketika berpapasan di jalan kita akan buru-buru membuang muka, jual mahal, dan bertingkah seperti pendendam yang memiliki rasa dendah tingkat dewa. Hehehe *sedikit konyol*. Tapi ketika dibaik-baikin sama si pematah hati, dibujuk rayu atau dijanjiin yang manis-manis, lupa deh sama hati yang kemaren habis dipatahin. Gampang banget hilangnya. ^^
Seiring berjalannya waktu, ketika aku sudah cukup dewasa untuk mengerti kalau sebenarnya hati harus diperlakukan dengan hati-hati, aku jadi beralih ke cara lain ketika aku mengalami patah hati. Aku lebih memilih bepergian ketempat-tempat yang aku senangi, seperti toko buku, butik sepatu atau toko boneka. Walau tak selalu belanja tapi sekedar melihat-lihat sangat membantu menenangkan hatiku. Biasanya aku juga memilih mndengarkan lagu pop rock patah hati yang tegar sehingga membuat aku lebih gampang memaafkan apa yang telah terjadi terhadap hatiku dan bangkit kembali. Aku pun leboh senang menumpahkan perasaanku di blog. Waalu lebih rasional menyikapi patah hati dan lebih gampang memaafkan tapi melupakan bukanlah hal yang mudah. Ketika si pematah hati kembali berkeliaran di hatiku, ingatan akan perlakuan di masa lalu akan terus membayangi. Tak mudah melupakan walaupun hati sudah sepenuhnya memaafkan. Hatiku lebih memilih ke kelompok hati yang memilih mencari hati baru dan merajut cerita baru.
#patah hati#Dec 26 2011