Rabu, 27 Juni 2012

Robin Van Persie dan Arti Sebuah Loyalitas


Ketika bangun tidur pagi ini, ada seorang teman yang iseng banget sms aku tentang kabar kepindahan Robin van Persie ke klub sepakbola favoritnya, Manchester City. Sontak saja aku yang notabene baru bangun tidur dan belum sempat ngapa-ngapain, seperti kesetanan membuka akun facebook, twitter dan portal-portal berita sepakbola untuk mencari tahu kebenaran berita tersebut. Anyway, sok banget ya aku, sampe segitu banget bereaksi :-P . Bagi yang udah tahu aku fans Arsenal pasti ngerti banget gimana shockingnya berita ini buat para fans Arsenal, termasuk aku.

Perlu diketahui Robin Van Persie merupakan pemain penting bagi Arsenal. Bisa dibilang striker Belanda ini adalah tulang punggung Arsenal selama dua musim terakhir ini. Terlebih pada musim 2011/2012, kontribusinya sangat luar biasa bagi klub kesayanganku ini. Harus diakui, berkat konsistensinya menciptakan gol di hampir setiap pertandingan, Arsenal berhasil  mengakhiri musim dengan bertengger di peringkat 3 klasemen dan lolos ke Liga Champion musim depan (2012/2013). Sungguh suatu pencapaian yang pantas diacungi jempol bagi sebuah klub yang tertatih-tatih di awal musim karena ditinggalkan para pemain pilar serta badai cidera yang ga ada hentinya mendera para punggawa vital Gudang Peluru. That's why kepergian RvP dari klub menjadi ketakutan terbesar para gooners and goonerettes. 

Kepergian para bintang dari klub ini ga lain karena krisis gelar yang dialami Arsenal selama 7 musim berturut-turut. That's sad. Tapi logically, bagaimana mungkin sebuah klub bisa meraih gelar kalau setiap musim para bintang memilih pergi dari klub. Di mana letak loyalitas para bintang ini yang oleh Arsene Wenger sudah dipoles susah payah dari yang dulunya nothing jadi something?. Alasannya tentu saja gelar yang bisa diraih dengan mudah dan gaji super fantastis yang dijanjikan oleh klub-klub lain. Kedua hal tersebut sukses membuat nilai loyalitas tak ada artinya di mata para bintang. Tapi apakah hidup ini melulu tentang uang dan penghargaan berupa gelar? Tak bisakah mereka bertahan sedikit lebih lama lagi, berusaha keras bersama tim dan membuat satu demi satu mimpi akan gelar terwujud perlahan-lahan?. Andai mereka bisa sedikit lebih loyal dan punya idealisme murni tentang misi-visi sepakbola yang sebenarnya seperti halnya Arsene Wenger, yang tak berniat melatih klub lain setelah 16 tahun di Arsenal, mungkin setiap musim tak akan selalu sulit bagi The Gunners.


Loyalitas itu sangat mahal, luar biasa mahal, bahkan ga ada yang bisa membeli sebuah loyalitas. Hanya orang yang luar biasa yang meletakkan loyalitas di atas uang dan gelar. Mungkin saja Arsenal ga akan 'mati' tanpa RvP, tapi dengan bertahannya RvP, Arsenal akan tampak lebih mudah memutus krisis gelar klub di musim depan. So, RvP as what Secondhand Serenade said, please stay close, don't go. Arsenal still need you.


-VCC-



Tidak ada komentar:

Posting Komentar