Minggu, 17 Maret 2013

Women who Good in Bed or in the Kitchen?


" @fellonita : All dirty talks aside, I secretly wonder what kind of women do men prefer. The one who's good in bed or good in the kitchen" #Twitter-17032013

Kalimat di atas merupakan tweet dari teman saya di twitter yang kurang lebih menunjukkan kebingungan teman saya mengenai selera pria terhadap wanita. Para pria itu sebenarnya suka wanita yang jago di atas ranjang atau di dapur sih? Upss. Agak liar memang. Tapi boleh dong punya pikiran ke sana secara sudah berusia 23 tahun juga ini, even masih single sih. :p. 

Sebenarnya saya juga agak mikir sih setelah baca tweet teman saya itu. Urusan ranjang dan dapur itu dua hal yang sangat berbeda dan memberikan taste yang berbeda juga tentunya. Tapi keduanya sama-sama mengandalkan perasaan. Bayangkan kalau kedua hal ini dilakukan hanya karena nafsu, pasti endingnya gak baik. Ya gak sih? :D

Gak perlu naif sih, di umur segini saya sudah sering mendengar masalah ini baik dari teman, keluarga bahkan tahu dari buku. Jadi sedikit mengertilah kalau keahlian di ranjang ini merupakan salah satu hal yang penting. Teman-teman masa kecilku yang rata-rata sudah menikah sering dengan tanpa malu-malu cerita urusan ranjang mereka. Kata mereka itu salah satu jurus penangkal terjadinya perselingkuhan (pria mencari wanita lain).

Tapi di sisi lain kemampuan berkutat di dapur juga sangat penting loh. Wanita gak bisa masak itu aneh. Tapi di jaman sekarang banyak sekali wanita yang mengaku gak bisa memasak. Kalau pun bisa pasti rasanya agak 'unik'. Wanita yang pintar memasak berarti bisa membuat makanan yang enak dan sehat dan itu bisa menjadi jaminan keluargamu bisa makan di rumah yang notabene jauh lebih sehat,fresh dan murah ketimbang makanan luar. Dan makan adalah kebutuhan sehari-hari. Kita gak akan bisa melakukan apapun tanpa asupan energi yang berasal dari makan.

Logikanya, setiap pasangan tidak melakukan hubungan badan berkali-kali dalam sehari. Tidak berhubungan badan sekali pun sepertinya tidak akan menghalangi mereka untuk melakukan aktivitas-aktivitas lain seperti bekerja, belajar dan lain-lain. Berbeda dengan urusan perut, kalau mau makan tentu saja setiap orang butuh makanan yang enak dan sehat. Makan itu kebutuhan. Gak makan membuat kondisi badan drop dan tentu saja berpengaruh terhadap aktivitas-aktivitas lain yang gak bisa dijalankan karena kekurangan energi. Gak makan membuat badan kurang asupan energi yang berimbas pada kekuatan fisik. Mau ngapain aja bahkan berhubungan badan sekalipun gak akan bisa jalan kalau tidak ada energi.

So, menurut anda yang mana yang lebih baik. Wanita yang jago di atas ranjang atau yang jago di dapur? You decide!!!




Kamis, 07 Maret 2013

Because of “Mamas Iya Benar Kok” (Part II)



Because of Mamas Iya Benar Kok, I got my soul again. Yeah !!!. Na na na na
Di pagi sememalukan itu saya dipaksa mendengar dua presentasi dari adik-adik tingkat yang super fresh semangatnya. Mereka mengangkat topik motivation. Yess, motivasi. Jiwa saya langsung nadah-nadah seperti mulut bayi yang sedang lapar menunggu disusui. Saya butuh motivasi,sangat sangat butuh. Dan saya mendapatkan hal itu di hari pertama dan jam pertama kuliah di kelas yang salah. *ironis*. 

Hal yang sangat berkesan ketika itu saat si Dosen mengomentari isi presentasi para presenter. Beliau menggambarkan sukses itu adalah sesuatu dari kita yang pada akhirnya dinilai oleh orang-orang di luar diri kita. Jarang ada di antara mereka yang peduli bagaimana proses mencapai sukses tersebut. Oleh karena itu ketika berproses jangan sungkan-sungkan untuk bangkit di saat jatuh. Jangan bosan untuk bangun dan bangun lagi sampai sukses yang kita mau tercapai. Orang yang tak berproses tidak bisa menilai arti sukses dengan baik. Dan jujur saja saya yang sedang mengandung jiwa letih ini merasa disokong oleh ucapan-ucapan si dosen. Seolah-olah ada yang menggebuk tekad saya dengan berbisik “Ayo,Luq kejar titelmu. Awas kalau berhenti, saya kepret kamu” *loh kok nadanya mengancam ya*, tapi intinya saya termotivasi, benar-benar termotivasi. Terima kasih Mamas Iya Benar Kok yang sudah nge-lead saya ke dalam kelas yang salah untuk membenarkan jiwa saya yang salah. Satu hal lagi yang saya pelajari dari sini kalau  sebenarnya tidak semua kesalahan itu salah. Sekian dari saya. Terima kasih ;-)

Selasa, 05 Maret 2013

Asal Usul Batoq Ayo/Batoq Ayau



Di Kabupaten Mahakam Ulu,yang merupakan anak dari Kabupaten Kutai Barat,Kalimantan Timur terdapat Goa Sarang Burung Walet hitam yang oleh suku kami,Dayak Bahau Busaang, dinamai Batoq Ayo atau Batoq Ayau. Lokasi goa ini tepatnya berada di perbatasan Kecamatan Long Pahangai dan Long Bagun. Banyak penduduk yang menggantungkan penghasilannya dari hasil goa tersebut. Goa-goa ini dimiliki oleh perorangan atau keluarga. Dulu orang-orang dayak khususnya Dayak Bahau melakukan perjalanan jauh ke gunung untuk menemukan goa-goa yang merupakan tempat bersarang burung-burung walet hitam. Siapa yang pertama kali menemukan goa, baik goa kecil maupun besar secara otomatis dialah yang menjadi pemilik dari goa tersebut. Sampai hari ini sebagian dari penduduk asli Dayak Mahakam Ulu menggantungkan penghasilannya pada hasil usaha sarang burung walet. Di balik goa yang fenomenal ini terdapat cerita yang fenomenal juga tentang asal-usul terjadinya Batoq Ayau.

Dulu Batoq Ayau sebelum berubah menjadi batu, merupakan sebuah kampung suku Dayak yang sangat damai. Penduduknya saling peduli satu sama lain.
Di kampung tersebut hiduplah sepasang suami istri yang sudah lama menikah. Si suami bernama Uvat dan si Istri bernama Buring. Sebagaimana pasangan suami-istri pada umumnya, mereka sangat mendambakan kehadiran seorang anak di dalam keluarga mereka. Keinginan tersebut mereka bawa di dalam doa. Tahun demi tahun berlalu,doa mereka tak kunjung dikabulkan. Namun mereka tak menyerah.

Di dalam adat istiadat orang bahau ada sepuah upacara yang dikenal dengan nama Dange/Dengaei. Upacara ini merupakan acara yang diadakan setiap tahun untuk merayakan pesta perkawinan adat dan pesta kelahiran anak secara adat dan besar-besaran. Uvat dan Buring sudah menyaksikan Dange berkali-kali tanpa bisa ikut merayakannya. Uvat dan Buring sedih sekali. Sendi-sendi mereka ngilu ketika mendengar agung (gong) dan tuvung (gendang besar) yang dipukul ketika upacar berlangsung. Pasangan-pasangan yang sedang melaksanakan pesta adat kelahiran anak mereka menari-nari dengan riangnya sambil memeluk anak-anak mereka masing-masing. Tampak sangat bahagia.

Buring bersedih hati dan mengajak Uvat suaminya untuk pulang ke rumah. Dia tak sanggup menyaksikan orang-orang lain yang memeluk anaknya dengan bahagia, sesuatu hal yang sangat dirindukan oleh Buring. Mereka pun bergegas pulang. Sesampainya di rumah, Buring memberi makan kucing peliharaannya di dapur. Sambil memberi makan kucingnya tiba-tiba terlintas ide di pikirannya. Dia kemudian menemui Uvat dan menceritakan keinginannya, Uvat menyetujui dan mereka mengenakan pakaian adat. Setelah mengenakan pakaian adat, Buring kembali ke dapur, memeluk kucingnya dan meletakkannya di dalam avat (tempat menggendong bayi,terbuat dari rotan dan kayu,dihiasi oleh untaian manik-manik bermotif ukiran dayak). Si kucing mengeong dengan sangat keras. Uvat kemudian mengikat kucing agar tak lepas dari avat. Setelah berhasil menenangkan si kucing, Uvat dan Buring kemudian ke tempat upacara Dange berlangsung. Mereka nampak sangat bahagia. Akhirnya setelah sekian lama,kerinduan mereka untuk ikut menari-nari mengikuti alunan musik dange terwujudkan. Orang-orang yang melihat kedatangan mereka tentu saja sangat heran. Semua penduduk kampung tahu kalau Uvat dan Buring belum memiliki anak, lalu anak siapa yang mereka gendong?. Para warga mulai bertanya-tanya satu sama lain. Uvat dan Buring tidak peduli. Mereka berjalan dengan langkah ringan dan memasuki awaaq (teras) tempat berlangsungnya upacara. Mereka mulai menari dengan bahagia. Semakin lama alunan musik semakin cepat. Uvat dan Buring pun menari dengan penuh semangat hingga tanpa mereka sadari pengikat kucing dalam avat terlepas. Si kucing, ketika sadar pengikatnya terlepas mengeong-ngeong dengan sangat keras dan kemudian meloncat dari avat. Penabuh musik seketika berhenti menabuh, para penaripun berhenti. Semua terpaku melihat isi dari avat Buring. Penonton pun menganga. Suasana seketika hening dalam beberapa detik, kemudian sekonyong-konyong mereka secara bersamaan menertawakan ulah Buring dan Uvat. Semua orang yang hadir di situ tertawa berkepanjangan.  Mereka lupa kalau menertawakan binatang merupakan hal  lemaliiq (tabu) bagi suku Dayak Bahau yang kalau dilanggar bisa kenlit (ketulahan). Tiba-tiba saja langit berubah mendung dan tak lama kemudian turunlah hujan yang sangat lebat. Penduduk kocar-kacir mencari tempat berlindung. Setelah beberapa lama hujan pun berhenti. Namun tak lama kemudian hujan kembali turun, tapi kali ini bukanlah hujan biasa melainkan hujan batu yang semakin lama semakin lebat. Pawang hujan bahu membahu menyatukan kesaktian untuk menghentikan hujan batu yang semakin lama semakin besar. Penduduk mulai panik. Wanita dan anak-anak mulai menjerit dan menangis. Alih-alih berhenti, hujan batu malah semakin lebat. Keanehan pun mulai terjadi. Suara tangisan mulai lengang di tengah hujan. Penduduk yang tadi menangis dan menjerit-jerit perlahan-lahan berubah menjadi batu. Dalam waktu yang singkat seisi perkampungan berubah menjadi batu semua termasuk Uvat dan Buring.
Oleh karena itu di sana kita bisa menemukan banyak batu-batu yang berbentuk manusia, kucing , beras dan lain-lain. Goa-goa yang sekarang menjadi tempat bersarangnya burung walet diyakini sebagai rumah-rumah penduduk kala itu.

Menertawakan hal-hal lucu atau aneh dari binatang merupakan hal yang tabu bagi suku kami, dan itu berlaku sampai hari ini. Dari cerita ini kita belajar bahwa apa yang sudah menjadi aturan seharusnya tidak dilanggar. Karena setiap perbuatan akan menghasilkan buahnya masing-masing. Perbuatan baik menghasilkan buah yang baik begitupun sebaliknya.

Senin, 04 Maret 2013

Because of "Mamas Iya Benar Kok"


Senin,4 maret 2013

Because of “Mamas Iya Benar Kok”
Saya tidak tahu bagaimana melabeli pengalaman manis saya di Senin pagi yang entah berantah ini. Setelah sekian lama tak merasakan kuliah, hari ini merupakan hari pertama saya kuliah (lagi) dan dengan sangat sangat pede saya masuk ke salah satu kelas yang memang tertera di jadwal merupakan kelas CRW (Critical Reading and Listening) yang notabene saya ulang karena nilainya C.  Ketika mengambil tempat duduk saya sempat bertanya *dengan manis* kepada mahasiswa di sebelah untuk measure apakah kelas ini benar-benar kelas CRW apa bukan. Dan si dia mengangguk yakin sambil bilang “Iya benar kok,Dek”. *Dek?Dia panggil Dek? Apa aku terlihat sangat muda. Padahal si Mas itu adek tingkatku. Elus-elus wajah ;) *.
Dan kelas pun dimulai. 10 menit pertama masih normal ketika Bu Dosen mulai open the class with this and that word. Yah opening yang umumlah and then 10 menit kedua masih oke ketika presentasi dimulai. 10 menit ketiga saya  larut dengan presentasi yang membara. Secara topiknya tentang motivation. Hal yang memang saya butuhkan di dalam kondisi yang sedang jatuh bangun mengejar titel S.Pd..huhu. 10 menit keempat masih larut. 10 menit kelima, ketika sesi  tanya-jawab dimulai saya pun mulai merasa sepertinya saya memasuki kelas yang salah. Ini kenapa pertanyaan terkait dengan basic listening *FYI,itu mata kuliah semester II*. Jangan-jangan saya sedang sekelas dengan anak-anak 2012. Maan,harusnya kan sama anak-anak 2011. Dengan mantap saya coba bertanya lagi ke Mas yang manggil saya Dek “ Mas, ini kelas CRW kan?”. “ Iya benar kok,” jawab si Mamas mantaply. Oke, saya tegakkan badan seperti semula,si Mamas mampu meyakinkanku. Hingga pada menit ke 60 saya mulai yakin seyakinnya kalau saya seharusnya tidak di sini. Saya mulai memberanikan diri bertanya ke dosen “Excuse me,Miss. Is this CRW class?,”. “What is CRW class?”. *tepok jidat. Ini dosen baru apa ya kok gak tahu makul yang satu ini*. “It’s Critical Reading and Writing,Miss.” Dan si Dosen menjawab dengan suara menggelegar sambil menahan tawa “No,No.. this is Speaking II class”. *kamfret beud deh*. Saya pun meminta maaf dan mulai memberesikan buku-buku saya. Saya bergegas hengkang dari kelas dengan diiringi tatapan heran nan menawan dari adek-adek angkatan saya yang amit-amit itu. Tak lupa sebelum melintasi pintu keluar saya melempar pandangan sarat makna ke si Mamas Iya benar Kok. * You should go meet a doctor to check your ears and mind,Maaaaas*. Saya malu.